Achmad Nyerupa: Sekolah Rakyat Siapkan Pemimpin Masa Depan Indonesia

By redaksi 23 Okt 2025, 22:12:25 WIB Saburai
Achmad Nyerupa: Sekolah Rakyat Siapkan Pemimpin Masa Depan Indonesia

BANDAR LAMPUNG, MFH,-- Pemerintah terus menunjukkan komitmennya terhadap pemerataan pendidikan bagi seluruh anak bangsa melalui pendirian Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 32 Lampung Selatan. Sekolah ini resmi beroperasi pada Agustus 2025 di Jl. Sebiay, Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Lampung Selatan, dan menjadi rumah baru bagi puluhan siswa dari keluarga kurang mampu di seluruh 15 kabupaten/kota Provinsi Lampung.

Mengusung sistem pendidikan berasrama penuh, SRMA 32 bukan sekadar tempat menimba ilmu, tetapi juga lingkungan pembentukan karakter, disiplin, dan kemandirian. Sekolah ini merupakan bagian dari program nasional di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang bertujuan memperkuat kualitas sumber daya manusia Indonesia dari lapisan masyarakat terbawah.

Dua di antara siswa SRMA 32, Hadi dan Rahel, menjadi contoh nyata semangat generasi muda Lampung yang berjuang menembus keterbatasan.

Baca Lainnya :

Hadi, anak petani dari Kabupaten Pesisir Barat, mengaku kehidupannya berubah sejak masuk SRMA 32. Di sekolah sebelumnya, ia harus berjalan kaki jauh setiap hari. Kini, di asrama, ia bisa belajar lebih fokus dan mengenal teman dari berbagai daerah.

“Di sini banyak teman, banyak pengalaman. Dari pagi sampai malam kami belajar, ibadah, dan kegiatan bersama. Semua fasilitasnya lengkap, dari tempat tidur sampai alat mandi,” tuturnya sambil tersenyum.

Hadi menyimpan cita-cita besar, menjadi anggota kepolisian agar bisa membela negara dan membanggakan keluarganya. “Saya ingin orang tua bangga. Dulu mereka tidak sangka saya bisa sekolah sejauh ini,” ujarnya pelan.

Sementara itu, Rahel, siswi asal Katibung, Lampung Selatan, datang dari keluarga buruh harian. Ayahnya bekerja serabutan, kadang mengojek, sementara ibunya ibu rumah tangga.

Bagi Rahel, SRMA 32 adalah kesempatan yang tak ternilai.

“Sekolah ini membantu saya banyak sekali. Kami bisa belajar tenang tanpa mikir biaya. Saya ingin jadi dokter, supaya bisa menolong keluarga dan orang-orang sakit,” katanya dengan mata berbinar.

Kisah mereka menggambarkan bahwa pendidikan yang inklusif benar-benar mampu mengubah arah kehidupan.

Kepala Sekolah SRMA 32 Lampung Selatan, Asis Prasetyo, Senin (20/10/2025) lalu, menjelaskan, proses belajar di sekolah rakyat ini tidak hanya menekankan aspek akademik, tetapi juga penguatan karakter dan pembiasaan hidup tertib.

Ia menyebut bahwa fasilitas sekolah telah memadai, mulai dari ruang belajar yang representatif, laboratorium IPA, ruang makan, asrama putra dan putri, hingga perpustakaan yang mulai terisi dengan buku-buku baru.

Sistem pembelajaran di SRMA 32 dirancang agar siswa tidak hanya pandai secara intelektual, tetapi juga berjiwa sosial dan mandiri. Setiap hari, kegiatan dimulai dengan apel pagi dan diakhiri dengan pembinaan kerohanian serta refleksi malam.

Menurut Asis, adaptasi awal menjadi tantangan tersendiri karena para siswa datang dari berbagai daerah dan latar belakang budaya. Namun berkat dukungan para guru dan wali asrama, suasana kekeluargaan berhasil terbangun dengan cepat.

“Kini anak-anak sudah mulai menunjukkan perkembangan yang luar biasa, baik dalam karakter, disiplin, maupun motivasi belajar,” ujarnya optimistis.

Menjadi sekolah berasrama, kehidupan sehari-hari siswa di SRMA 32 berjalan dalam ritme yang teratur.

Firdaus, wali asrama putra, menggambarkan suasana asrama yang tak ubahnya seperti keluarga besar. Ia dan empat wali asuh lainnya bertanggung jawab atas sekitar 50 siswa yang tinggal bersama mereka.

Hari-hari di asrama dimulai sejak dini hari. Setelah sholat subuh dan senam pagi, siswa bersiap untuk sarapan dan mengikuti kegiatan belajar di sekolah. Sore hari diisi dengan kegiatan ibadah, kebersihan lingkungan, hingga sesi refleksi bersama wali asuh.

Firdaus mengakui, membina anak-anak dengan latar belakang sosial dan budaya yang beragam bukan hal mudah. Beberapa siswa datang dari keluarga petani, buruh, hingga nelayan.

“Kami tidak hanya mengawasi, tapi juga mendampingi mereka tumbuh. Ada yang awalnya sulit beradaptasi, tapi sekarang sudah bisa memimpin doa atau membantu teman yang lain,” ungkapnya bangga.

Bagi Firdaus, asrama bukan sekadar tempat tinggal sementara, melainkan ruang pembentukan karakter  tempat anak-anak belajar arti tanggung jawab, kebersamaan, dan hormat terhadap sesama.

Tokoh Adat Lampung dan Pembina/Penasehat Portal Berita Online, Media Faktual Hukum,  Drs. H. Achmad Nyerupa, SH., MM menyambut baik hadirnya SRMA 32 dan sekolah rakyat lainnya di provinsi ini. Ia menilai program tersebut sebagai strategi nyata pemerintah dalam membangun fondasi generasi muda Indonesia yang kuat.

Menurutnya, keberadaan sekolah rakyat seperti SRMA 32 sangat dibutuhkan di daerah, terutama bagi keluarga yang selama ini sulit mengakses pendidikan menengah.

“Kami berharap program ini tidak hanya berhenti di tingkat provinsi, tapi juga hadir di setiap kabupaten dan kota. Supaya anak-anak di pelosok pun punya kesempatan yang sama untuk maju,” urainya seperti dilansir rri.co.id.  

Ia menambahkan, keberadaan sekolah rakyat merupakan bagian penting dalam perjalanan menuju Tahun Emas Indonesia 2045, saat generasi muda saat ini akan menjadi pemimpin bangsa. [MFH/red/**]




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment