- Bupati Pringsewu Hadiri SPPG Yayasan Kemala Bhayangkari
- KemenP2MI dan Pemkab Lampung Timur Teken MoU
- Jambore Kader Pkk Tingkat Kota Metro 2025
- Gelar Silaturahmi Bersama TKSK dan Pendamping PKH
- Panen Kedelai di Lampura Simbol Kolaborasi Pemerintah dan TNI
- DPO Pembobol Rumah di Sumberejo Ditangkap Tekab 308 Presisi Polres Tanggamus
- Tokoh Masyarakat Palas Barat Dukung Pemekaran Kecamatan
- Ribuan Warga Lamtim Pecahkan Rekor MURI Bersama Wagub Jihan
- Wali Kota Metro Ajak Pemuda Memaknai Sumpah Pemuda
- Bupati Minta Jebolan Beasiswa Seni Budaya jadi Penggerak Pelestarian Seni Tradisi
Kopi Bubuk Lampung Resmi Tembus Ekspor, Tandai Babak Baru Hilirisasi

BANDAR LAMPUNG, MFH –
Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Dajusal di Wakili oleh Sekretaris Daerah
Provinsi Lampung, Marindo Kurniawan melepas ekspor perdana kopi bubuk robusta
Lampung ke Hongkong. Pelepasan dilakukan di halaman El’s Coffee Roastery,
Bandar Lampung, Rabu, (17/09/2025).
Dalam sambutannya,
Marindo menyampaikan permohonan maaf Gubernur yang berhalangan hadir karena
menghadiri pertemuan dengan Menteri di Jakarta. Ia menegaskan, Gubernur tetap
mengikuti momentum penting ini karena ekspor kopi bubuk dianggap sebagai
langkah nyata hilirisasi produk Lampung. “Hari ini bukan sekadar melepas kopi
biji mentah, tapi produk olahan yang punya nilai tambah,” kata Marindo saat
membacakan sambutan Gubernur.
Ekspor perdana ini
dilakukan oleh PT. Sari Alami bersama El’s Coffee Group. Sebanyak 6.368
kilogram kopi bubuk dikirim dengan nilai hampir 46 ribu dolar AS, setara Rp753
juta. Produk yang dilepas dalam bentuk olahan menjadi sinyal perubahan pola ekspor
Lampung yang sebelumnya didominasi komoditas mentah.
Baca Lainnya :
- Pemprov Lampung Dorong Reforma Agraria Jadi Pilar Ekonomi Berbasis Desa0
- Lampung Kirim 105 Atlet Ikuti Pornas Korpri XVII Tahun 2025 di Palembang0
- Percepat Umrah Langsung, Lampung Butuh Tambahan Daya Dukung Bandara0
- PSMTI Lampung Gelar Musyawarah ke-50
- Gubernur Rahmat Mirzani Djausal Ikuti Dakwah Damai Indonesiaku0
Lampung selama ini
dikenal sebagai penghasil kopi robusta terbesar di Indonesia. Kontribusinya
mencapai lebih dari 30 persen dari produksi nasional. Karena itu, kata Marindo,
ketika Indonesia dikenal dunia sebagai negeri kopi, Lampung berada di barisan
terdepan. “Ekspor kopi bubuk ini menandai lompatan dari sekadar gudang bahan
baku menuju dapur produksi kopi dunia,” ujarnya.
Pemerintah Provinsi
menilai hilirisasi produk menjadi bagian dari strategi besar menuju visi
Indonesia Emas 2045. Presiden Prabowo Subianto menargetkan Indonesia menjadi
ekonomi terbesar keempat dunia dengan pendapatan per kapita di atas 23 ribu
dolar AS. “Lampung harus bergerak cepat dengan investasi, hilirisasi, dan
penguatan ekspor bernilai tambah,” ucap Marindo.
Data Badan Pusat
Statistik menunjukkan ekonomi Lampung tumbuh 5,09 persen pada triwulan II 2025,
sedikit di atas rata-rata pertumbuhan Sumatra. Pemerintah daerah menganggap
capaian itu sebagai sinyal positif, sekaligus dasar untuk mendorong lebih
banyak produk hilir masuk pasar global.
Namun, tantangan Lampung
tidak ringan. Selama ini sebagian besar ekspor masih berupa bahan mentah
seperti kopi biji, sawit, karet, dan lada. Nilai tambahnya dinikmati negara
lain yang mengolah komoditas itu. Momentum ekspor kopi bubuk diharapkan dapat
mengubah paradigma daerah. “Jangan lagi Lampung hanya jadi lumbung bahan baku.
Saatnya jadi pusat produk jadi,” kata Marindo.
Kementerian Koperasi dan
UMKM mencatat kontribusi UMKM terhadap PDB Indonesia mencapai 60 persen, dengan
serapan tenaga kerja 97 persen. Namun, kontribusi mereka ke ekspor baru 15,7
persen, jauh di bawah Malaysia dan Thailand yang sudah mencapai 20–30 persen.
Pemerintah Lampung menilai kopi robusta bisa menjadi ikon UMKM ekspor yang
mendongkrak daya saing sekaligus membuka lapangan kerja baru.
Marindo menambahkan,
pemerintah provinsi akan terus mendukung pelaku usaha agar berani mengekspor
produk bernilai tambah. Dukungan diberikan mulai dari kualitas bahan baku,
inovasi produk, hingga akses pasar melalui perjanjian dagang internasional.
Menurutnya, ekspor kopi
bubuk ini akan memberi dampak ekonomi yang lebih luas. Selain meningkatkan
devisa, ekspor produk hilir akan membuka lapangan kerja baru dan memperkuat
posisi Lampung di pasar kopi dunia. “Kopi Lampung bukan hanya menghangatkan
pagi kita, tapi juga ekonomi Indonesia,” pungkas Marindo.
Sementara itu, Pemilik
El’s Coffee Group dan PT. Sari Alami, Elkana Arlen Riswan, menyebut ekspor
perdana ini sebagai momen bersejarah bagi Lampung. Ia mengaku bersyukur
mendapat dukungan pemerintah daerah, perbankan, hingga program Export Hub.
“Tanpa dukungan petani, karyawan, dan seluruh elemen, kami tidak bisa sampai di
titik ini,” kata Elkana.
Menurut Elkana, selain
melepas ekspor kopi bubuk, El’s Coffee juga meresmikan rumah produksi kopi PT.
Sari Alami di Bandar Lampung. Rumah produksi ini dilengkapi fasilitas roastery,
penggilingan, dan pengepakan, serta dibuka untuk wisata kopi. “Wisatawan bisa
melihat langsung proses produksi kopi Lampung,” ujarnya.
Rumah produksi ini
diresmikan dengan penandatanganan prasasti oleh Sekda Provinsi Lampung, Wali
Kota Bandar Lampung Eva Dwiana, dan tokoh kopi Lampung, Djony. Peresmian ini
juga disaksikan perwakilan Kementerian Perdagangan, Export Hub Indonesia, dan
sejumlah pemangku kepentingan lain.
Dalam pidatonya, Elkana
menekankan pentingnya hilirisasi untuk memperluas pasar. Ia menyebut produk
kopi tidak hanya bisa berupa bubuk, tetapi juga minuman siap saji, permen,
cokelat kopi, hingga kosmetik berbasis kopi. “Kami ingin kopi Lampung tak hanya
dikenal sebagai green bean exporter, tapi sebagai pusat inovasi kopi Asia
Tenggara,” katanya.
El’s Coffee juga
menargetkan rumah produksi ini menjadi sarana edukasi dan inovasi. Perusahaan
berharap langkah tersebut menginspirasi pelaku UMKM lain di Lampung untuk
menembus pasar global. “Keberhasilan ini bukan hanya milik El’s Coffee, tapi
seluruh UMKM Lampung,” ujar Elkana.
Dengan ekspor perdana ini, Lampung menandai babak baru peranannya di
pasar kopi internasional. Pemerintah berharap momentum tersebut bisa menjadi
model pengembangan hilirisasi komoditas lain di daerah, dari sawit hingga lada.
[MFH/Dinas Kominfotik Provinsi Lampung]










3.jpg)
